Sabtu, 21 Juni 2008

HATI-HATI MENGGUNAKAN OBAT TRADISIONAL

Kasus jamu mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) terus terjadi. BPOM telah mengeluarkan surat edaran (public warning) No.KH.00.01.43.2773 tanggal 2 Juni 2008 tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat. Terdapat 54 macam produk jamu yang dicampur BKO keras. Dengan adanya public warning tersebut, maka sudah selayaknya masyarakat untuk berhati-hati dalam mengkonsumsi jamu.

Definisi Obat Tradisional
Menurut UU Kesehatan RI No.23/1992, pasal 1 butir 10, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman

Klaim khasiat
Kita sering membaca atau mendengarkan promosi penjual jamu yang menyatakan bahwa produknya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit? Benarkah?
Secara logika medis, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Kalaupun di klaim dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, hal ini disebabkan karena dalam satu jenis tanaman, didalamnya terkandung berbagai macam zat aktif, pertanyaannya seberapa efektifkah jamu/obat tradisional dapat menyembuhkan penyakit?
Sebenarnya, klaim dari jamu lebih bersifat empiris, untuk membuktikan khasiatnya, maka perlu penelitian lebih lanjut serta harus dibuktikan melalui uji klinis. Tahapan yang dilakukan untuk membuktikan khasiat suatu tanaman, umumnya adalah melalui proses ekstraksi dari simplisia (tanaman obat yang sudah dikeringkan), fraksinasi, dan terakhir isolasi zat aktif. Isolat zat aktif inilah yang akan digunakan untuk uji klinis. Proses ini tentunya memerlukan jumlah simplisia yang banyak, waktu dan biaya yang besar.

Bahan Kimia Obat (BKO)
Sebenarnya, reaksi kerja jamu terjadi secara lambat, karena jamu memang bukan senyawa aktif. Jadi, berhati-hatilah jika menggunakan jamu yang memberikan efek yang dirasa “cespleng”, karena boleh jadi jamu tersebut mengandung BKO. Jamu yang mengandung BKO sangat membahayakan, karena konsumen tidak mengetahui dosis BKO yang ditambahkan. Karena merasa mendapatkan efek yang “cespleng”, akibatnya konsumen akan menggunakan jamu tersebut secara terus menerus. Bahan kimia yang digunakan secara terus menerus dengan dosis yang tidak benar dan dipakai dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan kerusakan organ vital.
Beberapa zat kimia yang sering ditambahkan ke dalam campuran jamu diantaranya obat golongan antipiretik dan analgetik seperti parasetamol, asam mefenamat, metampiron. Obat ini biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa sakit, dari sakit ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit pinggang, nyeri otot dan terkilir, nyeri sendi, dismenorea (sakit saat haid). Efek samping dari obat jenis ini, mulai dari yang ringan sampai berat seperti mual, muntah, diare, luka pada saluran cerna, hemoragi, anemia hemolitik, trombositopenia purpura, agranulositosis, anmeia megablastik, gangguan fungsi hati dan ginjal. Zat kimia lainnya yang sering ditambahkan ke dalam sediaan jamu adalah obat golongan steroid dan non steroid yang diindikasikan untuk anti rematik seperti prednison, metilprednisolon, deksametason, fenilbutazon, piroxicam, meloxicam, alupurinol. Efek samping obat golongan steroid diantaranya gangguan elektrolit cairan tubuh hingga terjadi hipoglisemia, hipotensi, kadang-kadang terjadi hipertensi, sakit kepala, mual, muntah, depresi, bingung, mata kabur, mestruasi tidak teratur, toleransi glukosa menurun, hiperglikemia.

Penanganan bahan baku
Syarat utama dari jamu yang dapat dikonsumsi adalah:

1. Keamanan

Uji keamanan dapat dilakukan dengan melihat tingkat toksisitasnya. Contoh daun digitalis dalam dosis kecil dapat digunakan untuk pengobatan

2. Penanganan pasca panen

Ada standar yang harus dilakukan ketika melakukan penanganan pasca panen, standar ini dapat dilihat pada SNI (Standar Nasional Indonesia).

3. Proses pegeringan dan penyimpanan

Pengeringan yang tidak baik dapat menyebabkan mikroba tumbuh dan enzim-enzim masih “bekerja” sehingga terbentuk senyawa kimia yang tidak dikehendaki. Mikroba juga dapat mengeluarkan racun yang dapat mengkontaminasi simplisia sehingga berbahaya untuk di konsumsi.

Referensi : dari berbagai sumber

1 komentar: